(Tiba-tiba terpikir untuk mempublish ulang tulisan ini. Termasuk tulisan terbaik saya bila dilihat dari maknanya. So, enjoy!)
Hmm…
Gw agak sulit untuk memulai note ini.
Mungkin, gw harus memulainya dari mengapa akhirnya gw memutuskan untuk ikut RISMA tahun ini.
Awalnya, gw tahu RISMA dimulainya kapan dari BS tiri gw di SP 42, Liza Farihah. Gw lupa tanggalnya kapan, tapi yang pasti waktu itu kita lagi chatting via Facebook. Ngobrol, ngobrol, n ngobrol, tiba2 dia kasih tau ke gw klo ada RISMA tanggal 1-6 Juli 2009 di daerah Ciater. N, yup, dia ngajak gw ke sana, berangkat tanggal 3 Juli krena dia hrs kuliah tanggal 2 nya. Truz, gw smpat bilang gak bisa ke sana karena jadwalnya bentrok sm jadwal OKK FKM (Ospek nya FKM UI), Welcome Maba, Pleno, dan Briefing I Pra OKK. Eh, pas gw lagi chatting sm Liza, gw liat daftar friend gw yang lagi OL. Ternyata, ada Koordinator Komisi Disiplin OKK FKM UI 2009, alias bos gw di kpanitiaan OKK FKM. Gw langsung terpikir buat nanya dia. Klo gak salah, begini bunyinya, “Kak, saya boleh minta izin gak ikut Pleno n Briefing gak???” Dan scara instan dan kilat, langsung ditolak sm beliau. Sempat kaget jg, tapi ya ud lah.
Eh, tanpa diduga, datang jadwal baru yg bikin bentrok lagi. Jadwal itu datangnya dari sebuah institusi tempat gw bekerja. Acaranya itu katanya penting karena “menentukan” nasib gw d institusi itu setahun ke depan (Liza pasti tahu maksud gw acara apa….). Acaranya tanggal 4-5 Juli 2009 (Tp, pernah gw dpt sms yang katanya acara itu bakal dilaksanakan tanggal 3-4 juli 2009). Truz, gw disuruh isi “Lembar Kesediaan” buat mengikuti acara itu. Gw gak mengisi lembar itu pada saat gw disuruh karena gw masih dalam tahap berpikir untuk mencari keputusan yang terbaik buat hidup gw (Bahasa ini gak lebay lho…). N, yup, di lembar kesediaan itu, gw melihat nama Liza sudah diberi keterangan untuk gak ikut acara itu karena ikut RISMA. Hmm… Gw truz berpikir sejak saat itu. Y Allah, bantulah hamba-Mu ini….
Gw lupa brapa lama gw memikirkan hal ini. Tapi yang jelas, proses berpikir itu memakan waktu skitar 2 minggu (tuh, lama banget gak sih gw mikirnya…). Dan, setelah gw berpikir matang2 dan memilah-milah baik buruk dan apa yang bakal gw dapat dari ketiga acara itu (OKK FKM, acara institusi gw, n RISMA), gw memutuskan dengan BULAT dan TEGAS klo gw ikut BS tiri gw ke RISMA.
Hmmm…proses yang sangat melelahkan….
Lalu, yang gw lakukan slanjutnya adalah minta izin ke Koor. Komdis OKK FKM dan bos gw di institusi itu. Beberapa kali gw mencoba memohon izin ke sang Bos Komdis dan gagal, akhirnya di suatu rabid Komdis (Gw lupa rabid Komdis yang keberapa), dengan kekuatan lobi gw yang sekuat lobi-lobi para Yahudi dan dengan izin Allah tentunya, gw diizinkan untuk pergi. Alhamdulillah…!
Langkah selanjutnya adalah meminta izin Bos gw di institusi tempat gw bekerja. Hmm…gak tahu kenapa gw merasa ini langkah yang cukup sulit (perhatikan katanya, “cukup sulit”). Gw masih ingat harinya, hari Rabu, tanggal 24 juni klo gak salah. Harusnya, gw ud bertemu dan membahas perizinan gw ini dengan bos gw dari jam 10.07. Namun, karena beliau sibuk, gw harus menunggu sampai jam 11.00. Dan klo gak salah, begini salah satu potongan percakapannya:
A : “Kak, boleh ngobrol sebentar gak…?”
B : “Boleh, rahasia…?”
A : “Saya membagi level rahasia menjadi 7 level. Dan, ini level ke-7.”
Truz, gw sm bos gw itu ngobrol panjang scara 4 mata (bukan acara TV y…) di suatu ruangan. Gw menceritakan mengapa gw harus pergi ke Ciater dan beliau pun menceritakan apa aja yang bisa gw dapatkan seandainya gw mengikuti acara institusi gw itu. Dan, Alhamdulillah percakapan yang cukup panjang itu berakhir dengan diizinkannya gw ke RISMA (thx, Bos…).
Ternyata, gak sampai di situ perjuangan gw. Waktu Pleno panitia OKK FKM sebelum Welcome Maba (Ini acara buat menyambut mahasiswa baru UI, khususnya FKM), PO OKK FKM (Buat anak 8, jangan terkecoh dgn istilah ini. Ini bukan singkatan dari Pengurus OSIS tapi singkatan dari Project Officer alias ketua panitia) menyatakan kalo yang gak bisa ikut acara Welcome Maba, harus izin langsung ke beliau secara empat mata. Wah, berarti izin gw ke Koor. Komdis percuma dunk. Ya sudah lah, intinya gw harus berjuang lagi mendapatkan izin sang PO OKK. Lalu pada suatu malam, tepatnya setelah salat Isya atau Maghrib (Gw lupa mana yang bener), gw ngomong langsung ke beliau. Blablablabla, akhirnya gw diizinkan. Huaaaaaa, ternyata lebih mudah minta izin langsung ke sang Project Officer.
Singkat cerita, tanggal 2 Juli malam hari, gw berkomunikasi lagi sama Liza. Gw tanya ke dia apa yang harus gw bawa ke Ciater. Niatnya sih cuma bawa 1 tas, tapi ujung-ujungnya bawa 2 tas juga. Besoknya alias tanggal 3 Juli gw tiba di SMA 8 jam 7 pagi. Dan, gw sudah melihat ada Liza n Nasrul menunggu di depan mesjid. Truz, kita nungggu sampai teman2 serombongan lainnya datang, salah 1 nya Ari SP 42 (Wah, gw harus ketemu sm dia rupanya, haha). Dan, kami pun berangkat menuju lokasi RISMA naik bus nya SMA 8.
Singkat cerita lagi, hari Minggu tanggal 5 Juli 2009, semua Sainsta dari SP 45, 44, 43, 42, 41, 40, 39, 35, dan tentunya gw sendiri, si Penumpang Gelap (Kayaknya istilah ini akan gw ingat terus...) berkumpul di villa nya para wanita untuk sharing dan sesi alumni. Pada awalnya, gw merasa baik2 aja dengan suasana perkenalan karena hanya lempar-lempar pulpen ke badan orang (Kalo lempar piring kan serem y, haha....), sebutkan karakter yang dilempar, lalu memperkenalkan diri. Suasana mulai berubah ketika masuk sesi sharing, lebih tepatnya antara SP 44 & 45, dengan kata lain antara yang mengader dengan yang dikader. Ari menjadi moderator di sini. Perjanjiannya, kedua belah pihak harus saling jujur mencurahkan sgala yang ada di hati mereka tentang apa yang mereka rasakan slama ini di SP. Yang memulai pembicaraan ini adalah Rendra yang dengan suara yang agak tertahan mengungkapkan perasaannya (dimohon sebelum membaca note gw ini, alangkah baiknya membaca notenya Ari yang juga tentang RISMA kemarin. Dan Anda akan tahu ceritanya...). Lalu, ada Hanifi, Pras, Jola , dan lainnya yang bergantian berbicara (Gw sebenernya juga lupa siapa aja yang ngomong n urutannya. Maaf y...). Dan, Rendra pun berbicara lagi sampai akhirnya dia tak mampu untuk menahan tangisnya. Intinya, yang gw tangkap dari apa yang disampaikan oleh Rendra, dia merasa berat dan tertekan menjalani semua proses ini dan merasa gak yakin klo angkatannya, SP 45, mampu mengemban amanah ketika sudah memegang kendali nantinya. Setelah itu, dunia menjadi terasa lebih cepat berputar. SP 39 turun tangan untuk berbicara tentang pandangan mereka tentang RISMA ini. Mereka pun meminta pertanggungjawaban dari apa yang tertulis di spanduk RISMA (gw lupa apa tulisannya, intinya tentang mempererat silaturahmi kayaknya...). Yang gw tangkap dari apa yang mereka sampaikan, rasa kekeluargaan dan persaudaraan yang menjadi ciri SP slama ini kian memudar.
Dunia pun trasa berputar makin cepat lagi. Emosi jiwa, ungkapan hati dari para Sainsta pun kian terasa di rungan itu. Para alumni berkeras untuk pulang dan membawa RISMA bersama mereka, tangis Rendra yang kian tak tertahan, belum lagi isak tangis dari para wanita yang berkali-kali berkata “gw sayang SP”, Ari yang terlihat kebingungan dalam mengendalikan suasana, ungkapan hati dari Rizti yang gak gw duga bisa gw dengar, dan lain-lain. Akhir cerita, para alumni yang awalnya berniat untuk pulang itu pun kembali ke ruangan. Spanduk RISMA dibentangkan di tengah ruangan. Lalu terdengar, “Ada yang mau bantu gw buat pegang spanduknya?” Anak-anak SP 45 memegang spanduk sisi kiri dan SP 44 memegang spanduk dari sisi kanan. Lalu terdengar lagi ucapan, “Gw titip RISMA...”. Dan, malam itu pun berakhir dengan senyum bahagia yang menggores wajah mereka, para Sainsta. Bersalaman, berpelukkan, tersenyum, dan tertawa. Akhirnya, gw melihat lagi SP yang gw kenal itu. SP yang kekeluargaan dan persaudaraannya itu menembus batas usia dan waktu.
Peristiwa ini pun tak ubah layaknya mimpi atau bahkan de ja vu buat gw. Karena percaya atau tidak, selama beberapa detik sebelum peristiwa pembentangan spanduk, gw melihat para Sainsta berkumpul membentuk lingkaran kayak mengelilingi sesuatu di tengahnya. Truz gw melihat mereka tersenyum bahagia. Dan, gw berada di luar lingkaran mereka untuk melihat mereka bahagia. Yup, gak disangka apa yang sekilas gw lihat dan secepat kilat terlintas dalam pikiran gw itu benar2 terjadi. Jujur, gw pun akhirnya gak bisa menahan air mata bahagia membelah pipi gw (Akhirnya setelah sekian lama gw menangis juga. Maaf y klo agak melo…). Gw pun akhirnya menyadari dan tahu mengapa gw memutuskan untuk ikut RISMA ini. Gw yakin kalo Allah ingin menunjukkan sesuatu ke gw. Yang Maha Kuasa ingin menunjukkan sisi lain dari kehidupan manusia yang mungkin belum gw sadari dan sering gw lupakan. Hal itu adalah KEKELUARGAAN, PERSAUDARAAN, CINTA, dan KASIH SAYANG. Ya, Allah memang penyayang hamba-Nya. Gw memang manusia yang mungkin sering melupakan nikmat-Nya sampai akhirnya gw ditunjukkan nikmat-Nya yang indah itu. Seperti setetes air yang membasahi relung jiwa gw yang sudah lama kering akan rasa syukur. Alhamdulillah….
Pada akhirnya, yang bisa gw ambil dari semua kejadian ini adalah jangan sampai kau menghancurkan rasa kekeluargaan yang telah ada sebelum kau pun menyadarinya. Ingat, rasa kekeluargaan itu sama sekali tidak dibatasi ruang, waktu, usia, perbedaan, dan pandangan hidup. Rasa kasih sayang dan kekeluargaan itu mampu menyatukan segala jurang perbedaan. Singkat pesan dari gw untuk semua Sainsta, gw mohon jagalah identitas asli dari salah satu subsi terbaik di SMA 8 ini. Jangan sampai gw kehilangan SP yang selama ini gw kenal. SP yang terbangun bukan hanya karena kapasitas intelekual dari setiap otak anggotanya, tetapi juga dari rasa kekeluargaan yang hidup di hati setiap anggotanya. Mungkin gw bukan seorang Sainsta. Mungkin gw hanyalah seorang simpatisan, mud-blooded, penumpang gelap, atau apa lah namanya. Mungkin SP gak akan pernah punya ruang untuk menampung orang-orang seperti gw. Namun, ingat 1 hal. SP selalu memiliki ruang di hati gw…
FIN.
(Kalo misalnya ada salah kata, salah cerita, salah urutan, dan ada pernyataan2 yang menyinggung pihak2 yang tersangkut cerita ini, harap untuk dimaafkan karena note ini hanyalah pandangan dari seorang Arga Buntara. Terima kasih semuanya…)
Sunday, 27 July 2014
Serpihan Kisah dari RISMA 2009
Wednesday, 23 July 2014
Universo
Oh, semesta
Saya tidak mengerti
Akan apa yang ada dalam pikir saya
Dalam hati saya
Oh, semesta
Amarah itu
Senyum itu
Sedih itu
Cemburu itu
Membingungkan saya
Oh, semesta
Tidak hilanglah rasa ini
Mencintai dan menyayangi
Saya tak tahu kapan bisa menahan
Oh, semesta
Begitu salah
Begitu benar
Luruskan, luruskan
Oh, semesta
Hapus bayang-bayang
Hapus imajinasi
Hapus saja
Oh, semesta
Saya harus sabar
Saya harus tenang
Saya harus reda
Oh, semesta
Saya melihat
Saya lakukan
Tapi, saya berkhianat
Oh, semesta alam
Saya harap dia
Saya ingin dia
Saya cinta dia….
*Rabu, Juli 23 2014, pengakuan….
Thursday, 17 July 2014
Penglihatan XXIII: Seraphim
Ketika aku melihat sekitar
Kukira telaga yang hilir jernih nya
Namun, tak kusangka gelap mencengkram
Batuan yang hilang tak berdaya
Saling caci, saling maki
Saling fitnah, memperparah
Lihatlah, dengarlah
Jangan kalian bisukan hati
Hujan yang tiada henti
Hentikan tangis di wajahmu
Bila usaha berbentur takdir
Berserahlah, berserahlah
Ini akan hancur
Hancur melebur
Tak sadarkah kalian?
Sudah sediakah kalian?
Kalian menginjak-injak kesucian
Dari sebuah ajaran Mahatinggi
Seperti sampah tak berguna
Kalian tak peduli dosa
Ya Mahdi, Ya Masehi
Izinkan kami menanti
Gerbang putih, bukit yang tinggi
Mengembang tanah, menuruni langit
Tiga anak itu, berlarian
Dipaksa mencari makna sendiri
Memintaku untuk mendampingi
Maafkan kalian harus sendiri
Bukannya ini semua akan berulang?
Sedih ini tetap datang
Tak kuasa menahan haru
Titik air mata membekas menderu
Kasih sayang tak terbatas usia
Kutanami tunas-tunas itu
Beriring doa-doa terbaik
Harapan baru masa depan
Bertumbuhlah mereka seiring waktu
Memahami yang semesta ajarkan
Menemui hal-hal baru
Membagi berbagai kesempatan
Di ujung jalan itu, aku kan kembali menangis
Batas yang tak ku mengerti
Antara haru, bahagia, sedih, dan tersungkur
Mengalir saja
Kuminta ingatlah garis jalan ini
Pernah kita lalui bersama
Saat pagi ku melihat kalian menapak Dunia
Saat malam ku melihat kalian terlelap
Bunga telah mekar
Menyambut mentari di lain hari
Menantang alam tanpa ragu
Lututku terlunglai
Sayap-sayap terbentang
Biarkan terhembus bisikanNya
Terbanglah bebas malaikat-malaikat kecilku
Terbanglah tinggi serpihan-serpihan jiwaku
Dawai bergetar tanpa terputus
Mari berharap, mari berdoa
Dimensi relativitas dengan satu Zat mutlak
Aku abadi dalam memori
*Ditulis pada bulan Ramadhan, Juli 16 2014, untuk masa depan