Thursday, 17 July 2014

Penglihatan XXIII: Seraphim

Ketika aku melihat sekitar
Kukira telaga yang hilir jernih nya
Namun, tak kusangka gelap mencengkram
Batuan yang hilang tak berdaya

Saling caci, saling maki
Saling fitnah, memperparah
Lihatlah, dengarlah
Jangan kalian bisukan hati

Hujan yang tiada henti
Hentikan tangis di wajahmu
Bila usaha berbentur takdir
Berserahlah, berserahlah

Ini akan hancur
Hancur melebur
Tak sadarkah kalian?
Sudah sediakah kalian?

Kalian menginjak-injak kesucian
Dari sebuah ajaran Mahatinggi
Seperti sampah tak berguna
Kalian tak peduli dosa

Ya Mahdi, Ya Masehi
Izinkan kami menanti
Gerbang putih, bukit yang tinggi
Mengembang tanah, menuruni langit

Tiga anak itu, berlarian
Dipaksa mencari makna sendiri
Memintaku untuk mendampingi
Maafkan kalian harus sendiri

Bukannya ini semua akan berulang?
Sedih ini tetap datang
Tak kuasa menahan haru
Titik air mata membekas menderu

Kasih sayang tak terbatas usia
Kutanami tunas-tunas itu
Beriring doa-doa terbaik
Harapan baru masa depan

Bertumbuhlah mereka seiring waktu
Memahami yang semesta ajarkan
Menemui hal-hal baru
Membagi berbagai kesempatan

Di ujung jalan itu, aku kan kembali menangis
Batas yang tak ku mengerti
Antara haru, bahagia, sedih, dan tersungkur
Mengalir saja

Kuminta ingatlah garis jalan ini
Pernah kita lalui bersama
Saat pagi ku melihat kalian menapak Dunia
Saat malam ku melihat kalian terlelap

Bunga telah mekar
Menyambut mentari di lain hari
Menantang alam tanpa ragu
Lututku terlunglai

Sayap-sayap terbentang
Biarkan terhembus bisikanNya
Terbanglah bebas malaikat-malaikat kecilku
Terbanglah tinggi serpihan-serpihan jiwaku

Dawai bergetar tanpa terputus
Mari berharap, mari berdoa
Dimensi relativitas dengan satu Zat mutlak
Aku abadi dalam memori






*Ditulis pada bulan Ramadhan, Juli 16 2014, untuk masa depan

No comments:

Post a Comment