Mengapa harus aku melewati semua ini
Ketika titik terang mencapai setampuk noda
Terdengar lirih suara yang memanggil
Permohonan akan kesabaran yang tak terbatas
Bertanyalah diri ini kepada alam
Apakah harapannya akan menghancurkan ku?
Atau semua itu hanya akan tersirat pada selembar kertas putih
Memang ini sangat membingungkan
Selasar hari yang diarungi waktu
Waktuku berpikir sangatlah ringkas
Terpejam hati yang tersakiti
Oleh cinta yang terlapuk pengorbanan
Lekaslah terbangun dari tidurmu
Mereka sudah menatap dan memanggilmu
Coba dengarkan suara yang lirih
Lirih tersapu angin kebiadaban
Masihkah kau bersamaku?
Masihkah kau bersamaku?
Masihkah kau bersamaku?
Penderitaan ini belum juga berakhir
Karena akhir pun seperti lupa dengan wajah pucatku
Hanya mencoba menoleh tanpa pamit
Kemudian beranjak tanpa jejak
Cinta…...
Nyata…...
Pengorbanan…..
Pisau kata telah kau hunus
Permusuhan takkan terhindar
Tetaplah damai dalam dekapku
Tiada rela aku melihatmu jatuh
Terpanggil kembali manusia ini
Memikul harapan Dunia
Anak itu kembali muncul
Dengan senyum penuh cahaya
Masihkah kalian ingkar?
Masihkah kalian benci?
Dan masihkah kalian mencaci?
Yang kalian butuhkan hanyalah diam, diam, dan diam
Hapuskan semua prasangka buruk
Biarkan kebenaran sejati muncul dengan caranya
Dan kalian hanya akan bisa diam, diam, dan diam
Sekalah air mata dari mata indahmu
Lepaskan sejenak dekap eratmu
Biarkan aku bernapas lega
Karena Serigala Malam telah terbangun dari tidurnya...
*Ditulis sekitar bulan November 2009
Monday, 18 February 2013
Penglihatan XIV : Elegi
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment