Aku selalu berkata kepadamu
Sahabat Lama,
Percayalah kepada mata hatimu
Jangan pernah gunakan mata jasmani
Seperti selama ini, sebelumnya
Kerana hanyalah sesuatu yang menipu palsu
Mengapa selama ini aku begitu sedih
Mengharapkan sesuatu
Yang mungkin bukanlah duniaku
Hanya membuat perih di hati
Melihat, merasakan, mendengar
Menghantui pemikiran akan mimpi
Teman ataukah hanya orang biasa?
Hari-hari itu, masa lampau
Kubersedih ketika saudaraku sendiri
Membawakan aku akan kecewa
Tapi, yang kulihat di rona mereka
Hanyalah senyum sampah tak bersalah
Hari-hari itu, masa lampau
Kuingatkan orang-orang itu
Yang menutupi tubuh mereka dengan biru
Sesejuk samudera di sana
Yang membawa Kitab Aturan
Akanlah datang ke Rumah Besar
Yang Terpilih
Hari-hari itu, masa lampau
Jumat yang suci bagi kami
Kulihat di wajahnya
Sebuah takdir yang terlahir bersamanya
Cahaya di hatinya
Keyakinan yang terucap
Dunia pun akan menyayanginya
Maha Suci Allah yang telah memberiku
Penglihatan tentang Kebenaran
Segala keraguan takkan ada di benakku
Hari-hari ini, masa depan
Dia telah berada di tempatnya
Orang-orang itu pun percaya kepadaku
Tentang Penglihatanku
Keraguan itu,
Masihkah menyelimuti mereka?
Wednesday, 18 August 2010
Penglihatan VI : Masa yang Terjadi
Penglihatan V : Manusia Setengah Deva
Aku tak peduli apakah kau turun dari surga
ataukah hanya pemuda dari Tzion
Yang kutahu Allah memiliki kehendak atas semua
Seorang anak yang kubesarkan dengan cinta
Kini telah menjadi pemuda yang bijak
Dan kupercaya ada makna di balik pertanda
Dunia pun akan menyambutmu dengan suka
Bahwa seorang Pemimpin telah lahir kembali
Mungkin terasa terlalu cepat bagiku
Meninggalkan Rumah Besar dengan prahara
Sebuah urusan belum terselesaikan
Aku pun tak tahu
Sebuah akhir akankah kulihat?
Ingatlah kemenangan itu dalam hidup dan tuamu
Awal dari kehidupanmu
Dan kupastikan saat itu
Manusia-manusia akan melihat apa yang kau yakini
Pribadimu akan cahaya yang terang
Warisan dari seorang Helper Yang Terlupakan
Mungkin aku telah lelah
Melihat kebusukan yang fana
Ataukah cerminan diriku sendiri?
Setiap waktu aku hanya berdoa
Agar Allah tetap bersamaku beserta petunjuk akan kebesaranNya
Agar kalian mendapatkan yang terbaik
Agar Eneckri takkan pernah melupakanku
Dan aku akan tetap berjalan
Melihat segala karuniaNya
Sebagai diri yang sebenarnya
Manusia Setengah Deva...
Monday, 26 July 2010
Kronologi
Awal, akhir, dan saat ini
Takkan pernah bisa kau hentikan
Masa lalu adalah masa kini
Masa kini adalah masa depan
Dan, masa depan adalah masa lalu
Mengapa kau harus bingung dan bertanya?
Akan semua hal yang terjadi
Memuji-Nya harus kau lakukan
Agar tenang dalam kesunyian
Aku sangat mencintaimu, Hai Sahabat
Tapi, aku tak mengerti apa yang telah terjadi
Dosa segala ternoda atas tubuh
Sulit tuk terhapus saja
Rasa ini akan selalu ada
Takkan terhapus ruang dan waktu
Walau dimensi jiwa yang tak terbatas
Keyakinan akan selalu ada…
*Ditulis di suatu kelas di semester 2.
_DV07_
Tuesday, 6 July 2010
Penglihatan IV : Eneckri
Januari ini segera berakhir
Tapi, aku tak tahu apa kau semua telah melewati bukit itu
Atau bahkan terdampar di tanah yang berbisik selamanya
Aku hanya ingin kalian mendapatkannya
Mendapatkan yang terbaik untuk dunia
Sebuah harmonika simphoni melagu
Melagukan Februari Song aku pun tak
ingin
Kerana aku pun tak tahu
Bahagia atau sedih aku harus
Di kaki bukit gemilang itu aku bertemu
Seorang Eneckri yang seperti jatuh dari surgawi
Membawa wangi bahagia
Diantara utusan ke-Empat Puluh Tiga
Aku akan memberikan harmonika ini kepadanya
Aku harus yakin tak ada yang perlu kutakutkan
Aku akan membantunya melangkah
Sampai April nanti
Selama Mevlevi masih di singgasana besi
Selama Ksatria Kegelapan ada di Rumah
Besar
Selama Bintang Cahaya masih bersinar
Selama Sang Memori masih kupendam
Ketika ku kembali nanti
Di September ketiga
Eneckri yang kupeluk
Adalah takdir dunia...
*Ditulis pada Januari 2008, untuk masa depan....
Penglihatan - Sebuah Preambule
Assalamu’alaikum wr. wb.
Dalam kesempatan kali ini, saya akan membagi sebuah perjalanan puisi saya. Mengapa perjalanan? Ya karena puisi ini seperti film superhero yang bersekuel. Puisi ini saya namakan dengan “Penglihatan”. Tentu, ada alasan mengapa seri puisi ini dinamakan "Penglihatan".
Mungkin yang pertama harus saya klarifikasi adalah apa yang saya tulis di puisi penglihatan ini adalah bukan dari penglihatan mata saya semata. Puisi ini juga berasal dari apa yang saya dapat dan rasakan via pendengaran ataupun indera-indera lainnya. Jadi, mungkin salah satu judul álbum Ari Lasso dapat mewakili puisi ini, “Kulihat, Kudengar, Kurasa” (Maaf jika salah).
Pertama kali saya membuat puisi Penglihatan adalah saat saya duduk di bangku SMA kelas XII, sekitar akhir 2007. Saya pun masih membuat sekuelnya hingga saat ini. Entahlah mengapa akhirnya saya menuangkan perasaan hati, pandangan, dan bahkan mungkin pendapat saya dalam bentuk puisi, bukan dengan paragraf argumentasi, narasi, ataupun eksposisi. Mungkin saja darah seniman yang begitu deras mengalir di tubuh saya turut “mengalirkan” tangan saya untuk berekspresi di lembaran kertas. Saya tidak tahu alasan pastinya atau saya memang tidak ingin diketahui alasan pastinya.
Puisi-puisi Penglihatan sebagian besar telah saya publikasikan di ranah publik. Pada awalnya karena saat itu jejaring Friendster masih menjadi makanan ummat, saya pun mempublikasikannya di situs itu via Bulletin. Selanjutnya, puisi Penglihatan saya publikasikan di profil Friendster saya. Puisi Penglihatan yang saya publikasikan via Bulletin antara lain Penglihatan I hingga Penglihatan III. Celakanya, kesalahan fatal yang sangat saya sesali harus terjadi. Dengan dibekali ketidaktahuan saya tentang mekanisme Bulletin yang suatu saat akan hilang ditenggelamkan oleh Bulletin-bulletin lain seiring waktu, saya tidak menyimpan datanya di komputer maupun Flashdisk saya. Alhasil, Penglihatan I, II, dan III kini hanya tinggal kenangan tanpa sisa utuh dari kata-katanya. Sempat ada permintaan dari seseorang agar saya membuat ulang ketiga puisi Penglihatan awal itu, tetapi saya menolaknya. Alasan saya, biarkan puisi-puisi itu tetap otentik dan original walau sangat disayangkan kebodohan saya membuat mereka hilang dalam dunia maya. Saya pun sudah benar-benar lupa dengan isi ketiga puisi pioneer tersebut.
Zaman berganti dari Friendster ke Facebook. Saya pun kembali mempublikasikan Penglihatan, tetapi di Facebook untuk kali ini. Saya mempublikasikannya tidak dari Penglihatan IV, tetapi dari Penglihatan XI: Corazón. Di situs ini, saya merasa lebih banyak mendapat feedback tentang puisi-puisi saya ini karena saya menggunakan aplikasi note yang notabenenya dapat diberikan komentar. Dan, saya pun merasa tempat ini lebih baik daripada tempat sebelumnya (Friendster).
Awal tahun ini (2010), saya teringat dengan perkataan seseorang teman di Friendster saya. Dia memberikan saya saran agar saya membuat blog untuk menampung semua tulisan saya, termasuk sekuel Penglihatan ini. Saya pun membuat blog karena saya pun termotivasi dengan beberapa teman di kampus saya, FKM UI, yang sudah lama menjadi blogger. Sekarang, syukur Alhamdulillah, saya telah memiliki blog. Jujur saja, saya masih kurang produktif dalam hal tulis-menulis, terutama tulisan yang bersifat ilmiah. Namun, tidak apalah karena setidaknya puisi-puisi Penglihatan memiliki tempat baru sebagai rumahnya, yaitu blog saya ini.
Seperti itulah kira-kira perjalanan puisi-puisi yang menurut saya sendiri merupakan karya-karya terbaik saya. Sebuah perjalanan yang cukup panjang dan butuh niat yang tulus dan kemauan yang keras dalam mempertahankan sebuah nilai keaslian seni. Di Penglihatan inilah, sebuah gambaran dunia versi saya tercantumkan. Meskipun banyak sekali yang mengatakan semua puisi Penglihatan sulit dimengerti, rumit, dan aneh, tidak apalah. Semua ini tetap saya syukuri dan saya yakin puisi-puisi Penglihatan merupakan manifestasi kecil dari pribadi saya. Dan, saya pun tiba-tiba teringat dengan ucapan seseorang, “Kau adalah apa yang kau tulis…”
Selamat membaca puisi-puisi saya dan terima kasih banyak.
Friday, 4 June 2010
Kisah dari Pondok Cina
Wah, ternyata hari sudah menunjukkan pukul 18.36 malam. Hal ini menandakan aku sudah harus pulang ke rumah. Hmmm, biasalah, aku bakal dijemput kereta ekonomi (haha, padahal gak dijemput juga alias harus beli tiket dulu). Segera berlari, lari, dan lari. Tak sempat pula aku membeli seplastik (kata penjualnya sih plastik antipanas…hehehe) kentang goreng langgananku dan segelas air mineral yang biasa aku beli di warung depan gerobak penjaja kentang itu. Maaf perutku sayang, jatahmu harus ku skors sementara. Ini hanya sebatas penghibur untuk rasa lapar yang sudah mulai melanda di persepsi otakku. Masih dengan langkah kaki yang agak menurun kecepatannya (faktor usia tidak memungkinkan untuk meneruskan lari), aku tiba di Stasiun Pondok Cina (Pocin), menyebrangi lintasan kereta, dan tiba di loket. Mendengar informasi bahwa kereta ekonomi baru masuk Stasiun Depok Lama, tanpa berpikir panjang aku langsung membeli tiket ekonomi seharga 1500 rupiah itu. Bahkan, ada info tambahan kereta itu hanya terdiri dari satu set alias empat gerbong. Ku masukkan tanganku ke saku celana biruku dan kutemukan 2000 rupiah yang lusuh. Setelah mengambil receh 500 rupiah, aku berjalan di peron Jakarta itu. Hmm, sepertinya sepi, tetapi dipenuhi oleh asap setan dari batang rokok.
Terlintas di pikirku kereta yang kutunggu tidak akan penuh. Aku meneruskan perjalanan ke arah tempat duduk yang biasa ku tempati. Memang dekat tempat sampah, tetapi ini selalu mengingatkanku untuk membuang sampah pada tempatnya (hehehe, gak nyambung mungkin...). Dan, kereta itu pun masuk Stasiun Pocin. Gubraaaaaaakkkqq, keretanya sangat, sangat, dan sangat penuh. Identik dengan keadaan kereta ke arah Bogor di malam hari. Aku berusaha mencari celah, entah itu 2 meter, 1 meter, atau mungkin 25 cm juga boleh. Yang kupikirkan saat itu hanyalah makanan enak yang tersaji di rumah dan empuknya kasur. Namun, apa daya. Celah tidaklah didapat. Sejenak aku harus melupakan manisnya aroma rumah. Dalam hati, sedikit kesal, benci, dan marah. Namun, ya sudah lah. Tinggal menunggu kereta ekonomi selanjutnya. Ini hanya sebagian kecil tantangan yang harus DIHAJAR. “Sabar ya, Ga. Orang sabar disayang Allah (hehehe...Amin).”
Ada yang lupa kusebutkan di sini. Ada yang menemaniku dan bernasib sama denganku di sepanjang jalan ini. Namanya Anes, mahasiswi FMIPA angkatan 2008. Kami sama-sama alumni SMAN 8 JKT dan pernah berjuang bersama di ujian S1 Nonreguler. Aku cukup bersyukur karena setidaknya ada yang menemaniku bicara untuk mengusir rasa kebosanan. Namun, pembicaraan kami pun hanya sesekali karena mungkin kami berdua memang sudah sangat lelah di balik fakta kalau kami memang kurang dekat. Apalagi ditambah pengakuan Anes bahwa dia habis UAS. Ternyata, nasibnya hampir sama dengan anak KL yang masih berkutat dengan tidak jelasnya tugas dan waktu UAS. Di sela waktu, Anes mengeluarkan Headset-nya (ini tulisannya bener gak ya…?) pertanda dia mau mendengarkan MP3 dari HP-nya sembari menunggu kereta. Dan, kerjaanku juga tidak jauh dari HP, melihat jam.
Ternyata, sudah lama aku menunggu kereta ekonomi selanjutnya. Sekitar 40 menit lebih. Memang setelah kereta ekonomi satu set yang pertama, kereta AC ekonomi dan ekspres bergantian melaju. Namun, ini tidak mengubah niatku untuk membeli tiket seharga 5500 rupiah itu (padahal, gak punya uang....hihihihi....). Pikirku, daripada hanya melihat jam dari HP, lebih baik kugunakan pulsaku untuk sms beberapa orang. Mulailah aku menulis pesan singkat di HP-ku tentang sebuah “proyek” dengan “asuhan-asuhan”-ku. Pesan itu pun lantas kukirim ke BS-ku , Naufal Elang Ciptadi (BS, gw masih bingung nih cara menangani anak itu. Introvert parahhhhh....T_T). Lalu, aku mengirim sms juga ke Ricky (mencurahkan ke-BeTe-an menungggu lama kereta itu), tetapi gak dibalas. Lalu, sms lagi ke orang lain dan orang lain. Sekitar 10 menit setelahnya, Ricky menelpon menanyakan kereta ke arah Bogor. Aku katakan padanya kalau dari tadi kereta ke arah Bogor berlimpah. Dia masih di FKM ternyata dan langsung berencana pulang. Celaka, setelah dia telpon, kereta ekonomi Bogor baru masuk Stasiun Manggarai. Ckckckckckck.....
Menunggu, menunggu, dan menunggu. Di penantian itu, aku mulai berpikir dan merenung (hobi pertama gw nih, bukan nyanyi....hehehe). Malam hari memang waktu di mana diriku menjadi seorang konseptor atau cenderung menjadi pemikir. Aku berpikir mengapa pelayanan tranportasi yang sangat diandalkan publik ini begitu lemah dan buruk. Hal yang sederhana, mengapa kereta ekonomi, yang sangat diandalkan oleh para pedagang kecil untuk mengantar dagangannya ke Pasar Minggu, Depok, dan Bogor sudah sangat jarang terlihat melintas di rel itu? Mengapa ketika kereta itu ada malah hanya terdiri dari satu set alias empat gerbong atau dengan kata lain hanya cukup menampung orang dengan jumlah sedikit? Apakah perusahaan yang mengurus kereta itu tidak tahu betapa tidak nyaman berdesakkan di dalam kereta itu? Apakah mereka tidak tahu bahwa sebagian besar masyarakat sangat bergantung dengan transportasi yang katanya murah dan cepat itu untuk menyambung hidup dan mencari nafkah untuk keluarganya? Apakah kabar yang selama ini menyatakan bahwa eksistensi kereta ekonomi akan dikikis habis hingga pada akhirnya perannya digantikan oleh kereta AC dan ekspres itu benar adanya? Apakah mereka tahu berapa penghasilan para buruh, pekerja, dan pedagang kecil yang selama ini menggunakan kereta ekonomi itu? Apakah pernah terpikir di benak mereka bagaimana beratnya sebagian orang untuk hanya mengeluarkan uang seharga 1500 rupiah untuk sekadar menggunakan jasa kereta ekonomi? Bagaimana mungkin bisa mereka mengeluarkan biaya 5500 rupiah sekali pergi perhari sedangkan mencari biaya untuk makan dan menyekolahkan anak-anak mereka pun sangat sulit? Bahkan, aku pun yang berstatus mahasiswa dan cenderung lebih mampu secara ekonomi selalu berpikir ulang untuk mengeluarkan uang sebesar itu (terutama, akhir-akhir ini). Blablabla.....bertanya, bertanya. Itu semua dan banyak pertanyaan lain yang berperang di dalam pikirku tanpa tahu jawabnya.
Dan di saat itu pula, teringat ucapan Andi Hakim, temanku dari Fakultas Psikologi UI yang juga alumni SMAN 8. Dia pernah bilang seharusnya, sekali-kali, mahasiswa UI turun aksi ke markasnya perusahaan yang mengurusi perkeretaan di Indonesia itu. Ke Istana Negara, ke Bundaran HI, atau ke MK sudah biasa menurutnya. Setidaknya, aspirasi kita untuk menuntut perbaikan pelayanan transportasi umum itu dapat tersampaikan dan akan sangat baik bila mereka mau mendengar dan memperbaiki sisten mereka. Lagipula, itu kan hak kita sebagai rakyat Indonesia untuk menikmati kenyamanan mengggunakan kereta, terutama kereta ekonomi. Hmm, mungkin ini yang namanya liberalisasi. Semua hal yang berkenaan dengan kepentingan dan kesejahteraan rakyat dicuekin atau bahkan ditanggguhkan. Yang penting, uang mengalir dan mengeruk keuntungan sebanyak-banyaknya tanpa peduli dengan tangisan rakyat. Masih baik bila uangnya mengalir ke kas negara. Nah, bagaimana jika mengalirnya ke kantong oknum-oknum tertentu....??? Wah, gonjang-ganjing kontroversial....
Kulihat jam di HP-ku. Sudah pukul 19.45. Itu berarti sudah 1 jam lebih berlalu semenjak aku masuk ke stasiun ini. Kereta ekonomi selanjutnya pun sudah masuk Stasiun Depok Baru. Namun, ada lagi tantangannya. Lagi, kereta ekonomi itu pun hanya terdiri dari satu set empat gerbong. Huuuuuuuuuuuuaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa……………..
Aku mencoba menenangkan diri. Berpikir positif dan optimis, berharap kereta itu akan kosong. Sekejap mata, lampu dari arah selatan sudah memancarkan sedikit harapan dari pelanggan-pelanggan setia yang ingin pulang. Dan, gubraaaaaaaaaaaaaaakkkqq, keretanya penuh lagi. Aku dan Anes seakan tak peduli lagi. Kali ini, kami sudah harus menyelesaikan rintangan ini. Kereta itu lewat di sampingku. Mataku mengintip. Ada celah 25 sentimeter terlihat di gerbong. Kereta berhenti. Aku dan Anes berlainan gerbong sebagai pertanda kami berjuang sendiri-sendiri. Satu orang menyelak dari belakang. Mulutku memang terkunci rapat seraya berebutan dengan penumpang lain untuk segera masuk ke dalam kereta, tetapi dalam hati berteriak, “Woi dasar orang gila, sakit, gak punya hati, dan %*#&@(@*(_)@*#&....” Kaki kananku berhasil masuk, disusul oleh kaki kiri. Seorang bapak dengan barang dagangannya dengan ukuran cukup besar sempat membuatku sulit untuk masuk. Alhamdulillah, dapat kulewati. Seketika, berbagai aroma duka sudah menyambut hidungku. Hhuh, tak perlu ku pikirkan lah. Yang harus kupikirkan adalah bagaimana cara berdiri tegar di antara desakan orang sambil mempertahankan tasku dengan risiko kecopetan yang sangat tinggi. Tetap konsentrasi dan aku terus memotivasi diriku sendiri, “Fokus, Ga, fokus... Ini tantangan dan tidak ada tantangan yang gak bisa kau HAJAR...!” Hanya itu yang bisa ku lakukan karena di sampingku tidak ada orang yang bisa menghibur dan memotivasiku. Dan, aku pun menikmati indahnya malam (padahal, jendela keretanya gak terlihat karena tertutup badan orang) di perjalanan panjang ini. I’m coming back home…. ^^
FIN.
(Cerita ini berdasarkan kisah nyata yang dialami oleh penulis. Penulis mohon maaf bila ada kesalahan, baik itu disengaja atau tidak, dalam cerita ini).
*Tulisan ini didedikasikan untuk seluruh rakyat Indonesia yang tertindas dan semua pengguna jasa layanan kereta rel listrik yang sangat aku banggakan....
Thursday, 15 April 2010
Kisahku, Kisah Kita
Sesaat hingga kini, aku masih termenung
Mengapa ini semua terjadi?
Mungkin mereka bertanya,
"Apakah kau masih ada di hatinya?"
Aku pun hanya terdiam
Apa yang kurang dari diriku ini?
Katakan saja
Kita berdua pun tahu
Ini hanya sebuah romansa yang menghias Dunia
"Apakah kau masih ada di hatinya?"
Maaf, aku tidak tahu jawabannya
Semua hal sudah terenggut dari diriku
Mimpiku, hakku, dan harga diriku
Kau hanyalah yang tersisa dari semua itu
Takkan sanggup aku hidup jika kau hilang dari hidupku
Karena di momen itu, kaulah satu-satunya sumber bahagiaku
Bahkan, untuk selamanya
Aku tahu itu
Dan, aku ingin kau selalu tahu itu
Tak ada artinya kah kesetiaan yang aku berikan?
Tak ada artinya kah kasih putih yang aku berikan?
Tak ada artinya kah manusia ini dalam hidupmu?
Dapatkah kita kembali di hari-hari di mana cinta dengan kuat mengikat hati kita?
Dapatkah kau katakan padaku mengapa cinta sempurna ini menjadi salah?
Dapatkah seseorang mengembalikan ini semua sebagaimana seharusnya?
Namun, dia masih ada dalam bayangmu
Masih ada dalam pikirmu
Masih ada dalam relungmu
Aku menangis
Sangat pedih dan sakit
Hancur
Ini tak seharusnya begini
Sungguh aku menangis
Masih tega kau menyayat hati yang sudah hancur oleh kejamnya Dunia ini
Hancur
Luluh lantak dalam tanah yang hitam
Mawar Hitam ini layu
Serigala Malam tak berdaya melangkah lagi
Adakah kasih tulusmu itu akan menyentuhku lagi....?
Aku tidak tahu....
Saturday, 27 March 2010
It Must Have Been Love
Assalamu’alaikum wr. wb.…
Hoi teman2, gw balik lagi nih…
Di kesempatan kali ini, gw mau membahas satu lagu yang dulu jadi hits nomor 1 di dunia. Lagu ini menjadi salah satu original soundtrack dari film Pretty Woman yang dibintangi Richard Gere dan Julia Roberts. Yup, It Must Have Been Love adalah judulnya.
Lagu ini dibawakan oleh duo asal Swedia yang meraih sukses besar di era 1980-an hingga 1990-an, Roxette, yang personilnya terdiri atas Per Gessle dan Marie Fredriksson. Pada awalnya, lagu ini diberikan judul Christmas for the Broken Hearted yang dirilis pada tahun 1987 sebagai single untuk Natal. Meskipun berhasil masuk ke Top 10 hit di Swedia, EMI Germany, perusahaan label musik yang meminta Roxette untuk membuat lagu ini akhirnya tidak merilis album atau track-nya…..
Lalu, Touchstone Pictures mendekati EMI, label yang menaungi Roxette, dan meminta kepada Roxette untuk berkontribusi membuat soundtrack untuk film terbaru mereka, Pretty Woman. Karena pada saat itu Roxette sedang menjalani tur ke Australia dan Selandia Baru sehingga gak punya waktu untuk membuat lagu baru, Roxette memutuskan untuk mengedit lagu lama mereka, Christmas for the Broken Hearted, menjadi sebuah lagu baru yang berjudul It Must Have Been Love. Liriknya pun disesuaikan dengan film Pretty Woman yang bergenre komedi romantis. Marie Fredriksson menghilangkan baris kalimat yang berhubungan dengan Natal dan menambah instrumentasi serta background vocal. Setelah lagu ini selesai dibuat, para produser soundtrack film ini sempat menolak, tetapi akhirnya tetap memakai lagu ini setelah mengedit beberapa bagian dari film. Single ini pun akhirnya dirilis bersamaan dengan film Pretty Woman pada awal tahun 1990.
Lagu ini menceritakan putusnya sebuah hubungan di musim dingin. Meskipun berlatar musim dingin, lagu ini menjadi hits internasional pada musim panas tahun 1990. Lagu ini menjadi soundtrack Pretty Woman tersukses dengan menduduki peringkat pertama di US Top 100 di dua minggu pertama bulan Juni 1990 dan menghasilkan penjualan sebanyak 500.000 kopi. Di bulan yang sama, lagu ini dirilis di Inggris dan langsung menduduki peringkat 3 dan bertahan di chart ini selama 14 minggu. Pada akhirnya, lagu ini mendapatkan Platinum tiga kali, terjual sebanyak 9 juta kopi di seluruh dunia, dan mendapatkan sertifikasi Emas di Austria, Jerman, Selandia baru, Amerika Serikat, dan negara asal mereka, Swedia…
Sekian pembahasan dari gw. Kalo ada yang mau MP3 nya, bisa download sendiri atau minta ke gw (hehehehe….). Mohon maaf kalo misalnya ada kesalahan dalam data dan penulisan dan silahkan menikmati liriknya….
Wassalam…..
It Must Have Been Love
Lay a whisper on my pillow
Leave the winter on the ground
I wake up lonely, is there a silence
In the bedroom and all around
Touch me now, I close my eyes
And dream away...
It must have been love, but it's over now
It must have been good, but I lost it somehow
It must have been love, but it's over now
From the moment we touched till the time had run out
Make believing we're together
That I'm sheltered by your heart
But in and outside I turn to water
Like a teardrop in your palm
And it's a hard winter's day
I dream away...
It must have been love, but it's over now
It was all that I wanted, now I'm living without
It must have been love, but it's over now
It's where the water flows, it's where the wind blows
It must have been love, but it's over now
It must have been good, but I lost it somehow
It must have been love, but it's over now
From the moment we touched till the time had run out
(Sumber: Wikipedia.org)
Sunday, 7 February 2010
Aku Akan ke Sana
Assalamu'alaikum....
Kali ini, saya membagi puisi karya saya sendiri yang pernah tercantum dalam Buku Saku UI 2009 yang dibagikan kepada mahasiswa baru UI angkatan 2009. Ketika itu, saya termasuk panitia Buku Saku UI 2009 alias Laskar Busak. Sebenarnya, amanah saya waktu itu adalah PJ Fotografi yang bertugas mencari foto-foto fakultas, fasilitas, BPH BEM UI 2009, dan lainnya. Namun, sang Project Officer yang juga mahasiswa FKM UI angkatan 2008, Novita Manalu, "menugaskan" saya untuk membuat suatu puisi yang cocok digunakan sebagai pengisi halaman pembuka Buku Saku UI 2009. Awalnya, saya menolak karena saya tidak pernah menerima permintaann akan pembuatan puisi. Semua puisi yang saya buat sebelumnya merupakan "refleks" pikiran dan hati yang menyikapi suatu keadaan, bukan sesuatu yang disengaja. Namun pada akhirnya, saya terima tawaran itu. Saya lupa jangka waktu yang saya gunakan untuk membuat puisi ini. Pada akhirnya, puisi ini selesai dan saya kirim ke Novita. Dan, puisi ini pun terbit sebagai halaman pembuka Buku Saku ini. Suatu kebanggaan bagi orang tua saya dan khususnya saya sendiri karena dapat membagi karya saya untuk dibaca ribuan MaBa UI 2009. Selain itu, saya turut membawa nama fakultas saya, Fakultas Kesehatan Masyarakat UI, sebagai identitas saya di puisi ini.
Jadi, selamat membaca dan mengapresiasi puisi ini....
HIDUP MAHASISWA!!!
HIDUP RAKYAT TERTINDAS!!!
Aku Akan ke Sana
Suasana pagi menghinggapi hari
Tersadar diri akan sebuah janji
Menepati angin kehidupan yang terlewat dalam ucapan
Bahwa aku akan ke sana
Cahaya mentari menjerat raga
Menembus hati sadari semangat jiwa
Perjalanan akan perjuangan segera ku tempuh
Bahwa aku akan ke sana
Ujian hidup bukanlah cobaan
Hanyalah tangga yang harus ku naiki
Agar ku tetap yakin dan percaya
Bahwa aku akan ke sana
Tunggulah aku, wahai para pemuda
Tersulut kalian akan bara pembaharuan
Mengalir deras darah yang terbawa
Karena aku akan ke sana
Lihatlah diri kalian
Terkabul impian doa ibunda
Bersimbah nada syukur kuucap pada Yang Maha Kuasa
Karena aku akan ke sana
Tegaklah berdiri di atas tanah abadi
Bersujud tubuh merenung memori
Mengenang pahlawan pejuang negeri
Karena aku akan ke sana
Pemuda-pemuda ini akan pergi merangkul dunia
Harapan bangsa tergenggam erat dalam tangan kami
Menjemput kepastian yang akan terukir di langit biru
Karena aku akan ke sana
Pada akhirnya, aku akan tersenyum
Tinta emas peradaban menulis riwayat jerih payah bangsa
Pada akhirnya, napas kemenangan akan berhembus
Kemenangan bagi kami dengan segala harga diri
Kebanggaan dan keyakinan bersatu dalam ucapan
Aku akan ke sana
Saturday, 6 February 2010
Arab Sebelum dan Sesudah Kelahiran Nabi Muhammad SAW
Sebelum agama Islam masuk ke dalam jazirah Arab, msayarakat Arab saat itu sudah menganut agama-agama radisional Arab. Agama-agama itu antara lain kepercayaan atas kekuasaan banyak Tuhan dan alam magis (Politheisme-Animisme), agama Shabi’un dan Majus, dan agama-agama yang diklaim sebagai ajaran asli Ibrahim (Yahudi dan Nasrani).
Madinah, Tayma, Khaibar, Fadak, dan Wadi al-Qura diidentifikasi sebagai wilayah pemukiman orang Yahudi saat itu. Hal ini berhubungan dengan eksodus besar-besaran yang dilakukan bangsa Yahudi pada abad awal Masehi dari negeri mereka akibat serangan ke Yerussalem yang dilakukan Kaisar Titus dan peristiwa penumpasan pemberontakan Bar Kochba. Mereka eksodus dan kemudian menetap di Arabia.
Berbeda dengan Yahudi, agama Kristen di Jazirah Arab memiliki posisi yang kurang baik. Mereka tidak memiliki pemukiman khusus seperti yang dimiliki oleh penganut agama Yahudi. Pengikut agam Kristen berasal dari orang Badui yang tinggal di perbatasan Syria dan Yaman, khususnya ketika negeri ini masih dikuasai oleh Abissinia yang menganut agama Kristen.
Sebelum kelahiran Nabi Muhammad SAW, bangsa Arab terdiri dari banyak suku. Seringkali terjadi penganiayaan yang dilakukan seseorang dari satu suku terhadap orang dari suku yang lain. Dalam hal ini, akan menjadi kewajiban suku yang anggotanya dianiaya untuk menuntut balas. Oleh karena itu, sering terjadi peperangan antarsuku. Bahkan, peperangan ini terkadang berlangsung hingga beberapa generasi setelahnya.Untuk memuliakan dan menghormati Ka’bah, muncul larangan berperang ataupun melancarkan serangan pada beberapa bulan dalam setahun, yaitu bulan Zulqaidah, Zulhijjah, Muharram, dan Rajab. Namun, bangsa Arab saat itu memperbolehkan peperangan dilaksanakan pada bulan Muharram. Lalu sebagai gantinya, mereka menghentikan perang pada bulan Safar. Tindakan ini dinamakan An Nasi (pengunduran).
Berdasarkan tempat hidupnya, bangsa Arab saat itu dapat dibedakan menjadi penduduk padang pasir dan penduduk negeri. Penduduk Arab padang pasir memiliki karakter pemberani. Karena pennghidupan di padang pasir serba sulit, tidak seperti penghidupan di negeri-negeri, penduduk padang pasir selalu menyerang penduduk negeri. Oleh karena itu, bangsa Arab padang pasir dipandang sebagai orang yang biadab.
Padang pasir dan bangsa Arab yang mendiami wilayah itu menyebabkan daerah Jazirah Arab bagian dalam tidak dikenali oleh kaum pendatang dan para penulis. Keadaan padang pasir itu juga menyebabkan penduduknya terhindar dari penjajahan.
Kota Mekah merupakan tempat yang dipandang suci oleh seluruh bangsa Arab. Kota Mekah sejak awal didirikan telah mengenal sistem pemerintahan. Beberapa suku pernah memegang kekuasaan atas kota Mekah, yaitu suku Amaliqah (sebelum Nabi Ismail dilahirkan), suku Jurhum, dan suku Khuza’ah (440 M). Suku Khuza’ah yang mengambil kekuasaan Mekah dari suku Jurhum mendirikan Darun Nadwah, yaitu tempat untuk bermusyawarah bagi penduduk Mekah di bawah pengawasan Qushai.
Beberapa tahun sebelum Nabi Muhammas dilahiirkan, negeri Habsyl berhasil menaklukkan negeri Yaman. Gubernur yang pernah memerintah di Yaman atas nama raja Habsyl bernama Abrahah. Abrahah memerhatikan cara bangsa Arab yang sangat memuliakan negeri Mekah dan banyaknya pengiunjung dari segala penjuru Arab yang datang ke sana untuk mengerjakan ibadah haji. Abrahah berpikir untuk mendirikan bangunan yang lebih besar dari Ka’bah dan menyerukan agar bangsa Arab mengunjunginya. Lalu, dia mendirikan sebuah gereja besar di sana dan menganjurkan bangsa Arab untuk mengerjakan ibadah haji di sana. Namun, bangsa Arab marah dan menolaknya.Pada akhirnya, perabotan di dalam gereja itu dihancurkan oleh seseorang dari Bani Malik Ibnu Kinanah.Abrahah yang mengetahui peristiwa itu bersumpah untuk menghancurkan Ka’bah. Dia membawa sepasukan besar tentara bergajah Habsyl. Namun, Allah memberikan azab kepada pasukan bergajah yang dipimpin oleh Abrahah dengan mengutus burung-burung yang melempari pasukan bergajah dengan batu-batu, seperti yang diterangkan dalam QS.Al Fil. Peristiwa ini terjadi pada tahun gajah, tahun di mana Rasulullah lahir.
Nabi Muhammad SAW dilahirkan pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun gajah. Beliau memulai untuk menyebarkan agama Islam pada abad ketujuh masehi. Pada awalnya, kegiatan dakwah beliau dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan ditujukan kepada orang-orang terdekatnya, seperti istri, sahabat, dan kerabatnya. Mereka yang telah masuk Islam membantu Rasulullah dalam menyebarkan ajaran agam Islam. Pada saat itu, Rasulullah mulai berencana untuk menyebarkan Islam secara terang-terangan. Beliau mengirim utusan, Mus’ab bin Umair ke Yatsrib. Mayoritas penduduk Yatsrib saat itu telah memeluk agama Islam. Mereka mengundang Rasulullah untuk berdakwah langsung di Yatsrib dan mempersatukan suku-suku yang sering terlibat pertikaian di sana. Ketika Rasuulullah hijrah ke Yatsrib, masyarakan Yatsrib menyambutnya dengan sukacita. Setelah itu, Yatsrib diganti namanya menjadi Madinah.
Pada perkembangan selanjutnya, Madinah tumbuh menjadi suatu kekuasaan politis Islam. Rasulullah bukan hanya berperan sebagai pemimpin agama, melainkan juga sebagai kepala negara. Dalam rangka memperkukuh Madinah sebagai suatu pemerintahan politis, Rasulullah membuat beberapa kebijakan. Yang pertama, beliau mendirikan mesjid. Mesjid ini dipergunakan sebagai tempat ibadah, pusat kegiatan dakwah, pemerintahan, dan tempat musyawarah. Yang kedua, beliau mempersaudarakan kaum Muhajirin dan kaumm Anshar. Yang ketiga, membuat Piagam Madinah. Piagam Madinah berperan mempersatukan berbagai suku, etnis, dan agama yang ada di Madinah demi menjaga keharmonisan, kerukunan, serta menjaga keamanan bersama dari serangan musuh. Piagam Madinah juga menandai berdirinya negara Madinah.
Selanjutnya, Madinah menjadi pusat komando penyebaran Islam. Kerukunan dengan penganut Yahudi dan Nasrani pun terjalin. Andai saja terjadi peperangan antara kaum muslimin dengan Yahudi dan Nasrani, itu disebabkan karena mereka melanggar Piagam Madinah secara sepihak. Setelah mayoritas penduduk arab memeluk agama Islam, kota Mekah pun dapat ditaklukkan tanpa harus ada pertumpahan darah. Peristiwa bersejarah ini dinamakan Fathul Mekah.
Selain mendakwahkan Islam di arab, Rasulullah juga menyebarkan Islam ke luar Arab, seperti Persia dan Romawi. Tidak sedikit dari para pemimpin negara yang diserukan oleh Rasulullah akhirnya memeluk Islam. Bagi mereka yang memeluk Islam, diwajibkan kepada mereka untuk membayar zakat, sedangkan kepada para nonmuslim, mereka diwajibkan untuk membayar jizyah atau pajak. Mereka pun dibebaskan untuk melaksanakan ajaran agamanya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penyebaran Islam dilakukan dengan damai dan penuh dengan toleransi.
Sumber:
Mubarak, Zakky. Menjadi Cendekiawan Muslim; Kuliah Islam di Perguruan
Tinggi Umum. PT Magenta Bhakti Guna. 2007.
members.tripod.com (akses: 18 Februari 2009)
www.pmii-komfeis.or.id (akses : 18 Februari 2009)
Friday, 5 February 2010
Preambule
Assalammu'alaikum wr. wb.
Akhirnya, blog ini terbentuk juga di antara sekian kesempatan dan waktu yang sempit dan tak nyaman. Perkenalkan, nama saya Arga.
Harapan saya, saya bisa menuangkan apa saja yang ada di dalam benak saya dan semua yang saya tuangkan itu akan memberikan dampak positif bagi Dunia saya, Anda, dan KITA...
Akhir kata, tapi bukan akhir segalanya, selamat membaca semua tulisan yang akan tertuang di lembar maya ini...
Wassalam....